Selasa, 01 Mei 2012

May Day, Keluarga 3 TKI Demo Kedubes Malaysia Keluarga korban masih mempertanyakan penyebab kematian anggota keluarga mereka.

VIVAnewsTiga tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tewas ditembak Polisi Diraja Malaysia sebulan lalu masih menjadi sorot sejumlah pihak. Bertepatan dengan hari buruh sedunia atau May Day, Migrant Care bersama keluarga korban melakukan aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Malaysia, Kuningan, Jakarta Selatan, hari ini.

Dalam aksinya mereka meminta agar pemerintah Malaysia bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi terhadap tiga TKI asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat itu.
) 
"Mereka bekerja di luar negeri, di Malaysia untuk mencari makan. Namun, Malaysia telah membunuh saudara-saudara kita, rakyat Indonesia," kata orator dari pengeras suara.

Adapun ada tiga hal yang juga menjadi tuntutan mereka, yakni mendukung penuh tuntutan kaum buruh di dalam negeri sesuai 7 standar pokok perburuhan internasional, mengecam keras kriminalisasi dan tindakan represif negara penerima terhadap buruh migran Indonesia tidak berdokumen, dan mendesak Pemerintah Indonesia untuk secara nyata mengimplementasikan konvensi internasional tentang perlindungan hak-hak seluruh buruh migran dan anggota keluarganya.

Mereka juga membawa sejumlah spanduk, bendera, dan poster yang berisi mengecam negara Malaysia. Bahkan, salah satu spanduk besar berwarna dasar hitam berisi tulisan "Malaysia !!! Hentikan Membunuh Buruh Migrant Care Indonesia" dibentangkan tepat di depan pagar Kedubes Malaysia.

Dalam aksi ini, tiga perwakilan keluarga korban juga ikut berorasi secara bergantian dari pengeras suara. Mereka berteriak dengan kata-kata yang kurang etis kepada Malaysia.

Sabtu 24 Maret 2012 silam, tiga TKI, yakni Herman, Abdul Kadir Jaelani, dan Mad Noor ditembak timah panas Polisi Diraja Malaysia karena diduga hendak merampok dan melawan petugas. Namun, keluarga korban dikejutkan kembali saat jenazah tiba di tanah air. Mereka menemukan ketiga jenazah dengan kondisi penuh jahitan yang tak wajar. Mereka menduga ada sejumlah organ tubuh yang hilang.

Namun Mabes Polri membantahnya, berbekal hasil otopsi ulang. Mabes menyatakan, organ tubuh ketiga jenazah masih lengkap. "Keluarga kan tidak membedah. Kami yang membedah," kata Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Mabes Polri, Brigjen Pol Mussadeq Ishaq, Jumat 27 April 2012.

Kepada VIVAnews, keluarga menyatakan aksi unjuk rasa ini untuk meminta kepada Pemerintah Indonesia segera mengusut tuntas fakta yang sebenarnya atas tewasnya tiga TKI itu. "Meminta kepastian hukum supaya diusut secara tuntas kematian korban," kata Ma'sum, orang tua almarhum Herman.

"Kami harapkan pemerintah menindaklanjuti dengan tegas, baik dengan hukum nasional dan internasional kematian keluarga kami," kata Tohri, kakak almarmahum Abdul Karim.

Keluarga sepenuhnya masih tidak percaya dengan hasil otopsi ulang yang dilakukan Mabes Polri. Bahkan, soal masih lengkapnya organ tubuh jenazah korban.

"Kami belum percaya. Apalagi ada jahitan sepanjang dari dua pergelangan kaki hingga ke dua pergelangan tangan di jenazahnya. Seperti dibelah. Kami memang bukan ahli membedah, tapi tidak percaya, apakah benar organnya masih lengkap atau tidak atau sudah ditukar kami tidak tahu," kata Nurwami, kakak Mad Noor.

"Hingga detik ini pun kami belum menerima hasil otopsi secara resmi dari Mabes Polri," kata Tohri menambahkan.

Aksi ini sendiri mendapat pengawalan cukup ketat dari pihak kepolisian. Arus kendaraan dari arah Kementerian Kesehatan menuju Kementerian Hukum dan HAM pun ikut tersendat atas aksi ini

0 komentar:

Posting Komentar